Sunday 27 August 2017

[Book Review] Lara Miya - Erlin Natawiria

Source : Goodreads
Judul Buku : Lara Miya 
Penulis : Erlin Natawiria
Penerbit : Falcon Publishing
Terbit : 12 Desember 2016
Harga : Rp60.000,00
Ukuran : 13x20 cm
Paperback, 204 halaman
ISBN : 978-602-60-5143-1


Lara (n) sedih; susah hati  


Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di Blok Tiga, ada sebuah rumah bernuansa warna tanah. Pemiliknya seorang perempuan paruh baya yang mengoleksi benda-benda antik. Kalau kau ingin menemuinya, sebaiknya datanglah pukul empat. Dia selalu pulang untuk minum teh. Seorang gadis berambut biru-ungu juga tinggal di sana. Miya namanya. Dan mungkin kau sudah menebaknya, mereka tidak akur.

Miya tidak pernah mengira akan tinggal di rumah tantenya yang seperti kamp militer. Beberapa hari sebelumnya, Miya masih punya tempat pulang. Nemun, hidupnya luluh lantak seketika. Dan kini, dia harus memunguti kembali puing-puing dirinya untuk kembali utuh. 

*** 

Sebenarnya sudah cukup lama sejak saya membaca Lara Miya... 2 bulan? 3 bulan yang lalu? Selesai dalam sekali duduk karena memang sangat page-turning. Rasanya kayak dipertemukan di waktu yang tepat, karena bahkan novel ini spontan saya beli waktu nggak mood baca apa pun dan merasa kehabisan bacaan. Biasalah, namanya juga hidup.

Source
Jadi, sejak awal promosinya yang cukup gencar, saya penasaran dengan seri Blue Valley. Beberapa penulisnya familiar, tapi pilihan saya jatuh pada Lara Miya, yang blurb-nya tampak jauh dari unsur romance sehingga berbeda dengan judul-judul lain dalam seri ini. Walaupun sudah lama membacanya, saya bahkan belum memberi rating di goodreads karena ingin menulis ulasan novel ini tapi belum sempat *alasan*.

Lara Miya menceritakan tentang Miya dan Amaya, dua orang yang sebenarnya sama-sama kehilangan, tetapi memilih untuk menyikapinya dengan cara yang berbeda dan membuat mereka kesulitan untuk memahami satu sama lain karena ego masing-masing. Bukan hanya kehilangan keluarga, Miya mendadak harus tinggal bersama Amaya—adik Ibunya—yang tidak begitu dia kenal karena musibah yang membuat hidupnya berantakan. Dia bahkan belum selesai berduka ketika hari-harinya semakin kacau dengan segala aturan di rumah Amaya sangat mengekang, bertolak belakang dengan sifatnya yang free-spirited dan agak self-centered. Segala macam pertentangan terjadi di antara mereka. Amaya sebenarnya berniat baik, dia juga punya suatu rencana untuk Miya, namun cara yang dilakukannya tidak sesuai dengan kepribadian Miya sehingga sering terjadi kesalahpahaman.

Pertama kali mengenal karya penulis lewat debutnya yang berjudul Athena : Eureka! (Setiap Tempat Punya Cerita), sejujurnya saya nggak puas dengan tulisannya. Tapi karena beberapa keunikan di novel itu : pilihan Athena sebagai latar tempat dan lagu-lagu di playlist novel (I assume she’s also a former emo kid, just like yours truly here XD), saya tetap ingin membaca karyanya yang lain. Lagipula Athena adalah novel debut penulis, jadi saya yakin dia pasti belajar dari segala kritik yang mungkin dia terima.

Turns out I made the right decision for giving it a shot and even though I don’t know her personally, I am glad that she has come this far. Penulisannya rapi, mengalir, dan setiap permasalahannya dieksekusi perlahan-lahan dengan baik. Bahkan sejak prolog pun sudah ada kejutan... yang pahit. Hahaha, tapi tenang aja, walaupun bercerita tentang kehilangan, suasana di novel ini nggak menye-menye kok. Justru karena itulah Lara Miya  menyajikan tokoh-tokoh yang kuat sekaligus rapuh dengan cara mereka sendiri dan terasa dekat dengan kita, apalagi terselip permasalahan klasik bagi millenial tentang pilihan hidup yang bertentangan dengan “pakem orang dewasa”. Elders may think that the best thing you can achieve while you’re young is stability, but for some people, it is such a dead end, because constantly searching for something gives their lives meaning. Sedikit sentuhan misteri dan romance membuat novel ini semakin lengkap, bahkan terasa terlalu pendek karena nggak terasa tiba-tiba sudah sampai di halaman terakhir. I’m sooo looking forward to reading her next book. Setelah baca Lara Miya, tentu saja The Playlist ikut mejeng di wishlist! ;)

[Book Review] Honeymoon Express - Mia Arsjad

Source : Goodreads
Judul Buku : Honeymoon Express
Penulis : Mia Arsjad
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 8 Mei 2017
Harga : Rp70.000,00
Ukuran : 13.5x20 cm
Paperback, 312 halaman
ISBN : 978-602-03-4613-7


Alva bukan sekedar teman lama. Dia laki-laki yang selalu bikin jantung Shera berdebar nggak keruan sewaktu di kampus.

Dan setelah sekian tahun, reaksi debar jantungnya masih sama. Tapi lamunan Shera langsung buyar setelah Alva bilang dia mau memakai jasa Honeymoon Express—biro perjalanan bulan madu milik Shera—untuk merancang bulan madunya dengan wanita lain! Tasanya seperti patah hati dua kali dengan orang yang sama.

Tapi, yang namanya bisnis harus profesional. Shera setuju menangani langsung proyek bulan madu Alva sambil diam-diam menikmati setiap kali berada di dekat Alva. Shera nggak menyangka, semuanya jadi berantakan karena ternyata proyek bulan madu Alva bukan bulan madu biasa.

***

Kata Robin Scherbatsky, tokoh dalam serial How I Met Your Mother pada salah satu episodenya, “if you have chemistry you only need one other thing—timing, but timing’s a bitch”. Begitulah yang terjadi pada Shera dan Alva. Mereka dulu teman sekampus, yang meski memiliki lingkaran pertemanan yang berbeda tetapi sering bertemu karena base camp Klub Pencinta Alam dan Klub Budaya bersebelahan. Kedua klub mereka juga sering melakukan kolaborasi satu sama lain yang membuat Alva dan Shera sering bertemu. Sewaktu kuliah dulu, Shera dan Alva diam-diam saling menyukai, tapi sayangnya Alva harus pindah ke Australia setelah mendapat beasiswa tanpa mereka sempat menyampaikan perasaan mereka. Beberapa tahun kemudian, saat kembali bertemu, Alva justru meminta bantuan Shera untuk menyusun bulan madunya dengan perempuan lain lewat biro jasa bulan madu milik gadis itu, Honeymoon Express.

Ternyata setelah bertahun-tahun, Shera masih menyimpan perasaan untuk Alva. Atas dasar profesionalisme, dia tetap menyanggupi Alva untuk menyusun bulan madu sesuai keinginannya dan sang calon istri. Toh, dia juga sedang dekat dengan Eldi, seorang staf marketing biro perjalanan rekanan Honeymoon Express. Namun, sikap Alva yang aneh sepanjang menentukan rencana bulan madu membuat Shera mulai curiga tentang apa yang disembunyikan Alva, karena ternyata perjalanan tersebut memang bukan bulan madu biasa.

Sepanjang membaca Honeymoon Express, saya nggak menemukan banyak kejutan (nggak mengharapkan juga, sih, it’s romance anyway). Dimulai dengan kilas balik masa-masa kuliah Shera dan Alva yang awkward dan cute, serta ide tentang pekerjaan Shera yang terasa fresh karena jarang ada tokoh yang memliki pekerjaan sebagai biro jasa bulan madu membuat novel ini terasa menjanjikan. Tapi mulai dari konflik dan semakin mendekati akhir cerita, banyak hal-hal yang berlebihan, bahkan beberapa bagian terasa cocok jadi adegan FTV atau sinetron. Untungnya saya masih terhibur dengan interaksi manis Alva dan Shera karena lagu Dream A Little Dream yang terngiang-ngiang di kepala saya selama membaca novel ini, juga cara penyampaian cerita ini yang sangat Mia Arsjad—entah sudah berapa kali saya bilang begini di ulasan novel Kak Mia yang pernah saya tulis—well, komedi yang agak lebay tapi mengalir karena tokoh-tokohnya yang ceplas-ceplos (pretty sure she’s the only one that can pull this off), istilah-istilah aneh yang kocak, dan tokoh-tokoh yang punya sifat “ajaib”. Kalau sudah beberapa kali membaca tulisan Kak Mia, pasti akan langsung mengenali ciri khas ini deh, hehehe.

Overall, saya cukup menikmati Honeymoon Express dan merekomendasikannya untuk penggemar metropop. Premis ceritanya relatable dan kehidupan metropolitan di novel ini diceritakan dengan pas tanpa overexposing, tapi tetap terasa hiruk pikuk suasana perkotaan yang padat.