Thursday, 21 April 2016

[Book Review] Sunset Holiday - Nina Ardianti & Mahir Pradana

Source : Goodreads
Judul Buku : Sunset Holiday
Penulis : Nina Ardianti, Mahir Pradana
Penerbit : Gagas Media
Terbit : 2015
Harga : Rp60,000
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 470 halaman
Cover : Softcover
ISBN : 9797808181


“We are all strangers until we meet.”

Jatuh cinta dan bertemu denganmu tidak ada dalam rencana perjalananku. Namun, di perjalanan sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku. Aku menebak-nebak di mana akhir senyum manismu yang menghangatkan.

Hal paling menyakitkan dari jatuh cinta adalah kehilangan setelah memilikinya. Karena itulah, aku tidak berani berharap banyak. Kita hanyalah dua orang asing di tempat asing. Akan lebih banyak risikonya jika aku memutuskan untuk jatuh cinta.

Jika aku tidak akan menjadi bagian dalam sisa perjalanan hidupmu, bisakah kamu mengingatku sebagai bagian terbaiknya? Aku tidak berani menanyakannya karena diam-diam kutahu tujuan terakhir kita ternyata tak sama.

Kita kemudian bukan lagi dua orang asing di negeri asing. Namun, mengapa sakit ketika mengingat ternyata rasa ini terasa lebih asing daripada sebelumnya?

***

Audy dan Ibi bertemu di Paris, kota yang menyimpan banyak pesona cinta. Karena impulsif, Ibi mengikuti Audy melakukan perjalanan keliling Eropa. Entah di Praha, Roma, atau Venezia, mungkin di sanalah cinta menyapa. Namun, apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?

***

“Ketemu kamu tidak ada di dalam skenario perjalananku. Tapi, di perjalananku sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku.”

Itulah yang Ibi dan Audy rasakan untuk satu sama lain setelah dua minggu menjelajah Eropa bersama. Berawal dari niat impulsif Ibi untuk mengikuti perjalanan Audy yang sedang solo traveling, setengah tidak tega melihat gadis itu seperti anak hilang di benua yang asing baginya, petualangan mereka dimulai. Banyak permasalahan kecil dan kesalahpahaman yang terjadi, selayaknya yang dialami dua orang yang baru saling mengenal tapi menghabiskan terlalu banyak waktu bersama-sama. Dalam waktu sesingkat itu pula keberadaan satu sama lain membuat mereka sama-sama terbiasa.

Sunset Holiday mengangkat tema besar film Before Sunrise, tapi menurut saya cenderung ditulis dengan formula seperti film-film romantic-comedy. A light yet entertaining read. Not to mention the fluff! Of course in a good way. Rasanya hampir semua yang ada di sini disajikan dengan pas. Ada flirting yang cute, tempat-tempat yang indah beserta deskripsinya yang detail—kayaknya memang penulisnya pernah ke tempat-tempat itu sih (hiks), dan tentu saja, percakapan ringan yang sekali waktu mengarah ke pembicaraan yang lebih dalam.

"Karena ibarat jalan panjang, hal-hal nggak enak itu adalah polisi tidur atau lubang di jalan. Memang membuat perjalanan kita melambat dan nggak enak, tapi lihat sisi positifnya, dengan jalan lebih lambat, kamu lebih bisa menikmati pemandangan. Jadi, jalanin aja. Nanti juga kamu akan menikmatinya.”

Sebenarnya Sunset Holiday sudah cukup lama ada di rak buku saya, bahkan sepertinya sejak awal terbit karena saya dapat versi yang bertanda tangan. Tapi baru belakangan ini saya tergerak untuk membacanya karena habis baca ulang novelnya Mbak Nina yang Restart. Covernya kayak es jeruk (again, in a good way, seger banget warnanya) XD

Tadinya saya pikir ini menceritakan tentang film yang dibintangi oleh Fedrian Arsjad (dari novel Restart)—semacam script-nya atau entah apa yang ada hubungannya dengan film itu—karena judulnya sama, tapi ternyata saya salah.. bukan berarti tidak akan ada kejutan, lho. Siap-siap saja! :)

Saya pernah membaca tulisan Mbak Nina sebelumnya dan suka, jadi mungkin saya sudah terbiasa dengan sudut pandang Audy di sini. Tapi saya baru sekali ini membaca tulisan Mas Mahir, dan sama sekali tidak kesulitan untuk ‘beradaptasi’ dengan kedua sudut pandang Audy dan Ibi yang bergantian. Saya memang belum banyak membaca novel-novel duet penulis, tapi karena pernah membaca novel duet Mbak Nina yang lain, jadi saya bisa menilai kalau chemistry di Sunset Holiday lebih terasa dari yang sebelumnya. Entah karena ditulis secara bergantian (kalau tidak salah di novel satunya masing-masing sudut pandang berdiri sendiri, tapi berkaitan), atau karena Ibi dan Audy memang dalam suasana liburan sehingga interaksi mereka terasa lebih kasual dan lebih ‘hidup’.

Banyak tokoh-tokoh sampingan yang menarik, seperti si kembar Akemi dan Akira (oh ya di halaman ketika Ibi dan Audi pertama kali mengunjungi apartemen mereka sepertinya ada kesalahan. Disitu tertulis: Pintu dibuka, lalu seorang pemuda Indonesia sebayaku melangkah keluar, padahal Akira dan Akemi asli Jepang. Semoga di cetakan selanjutnya kekurangan ini bisa diperbaiki). Selain mereka, saya juga suka dengan Didot! Walaupun diceritakan secara singkat dan kesannya hanya lewat, sepertinya menyenangkan kalau punya teman seperti dia. Pengertian dan baik banget, Didot juga tegas, tapi pemaaf, dan selalu punya solusi atas keteledoran Ibi.

Cerita tentang orang asing yang tanpa sengaja jalan hidupnya bersinggungan hampir selalu menarik perhatian saya, dan Sunset Holiday bukanlah pengecualian. Tentu ini hanya masalah preferensi, karena banyak sekali alternatif ending yang mungkin kita bayangkan selama membacanya. Jadi, meskipun yang seperti ini bukan kesukaan saya, namun karena disampaikan dengan sangat menarik, well, what’s not to like? 4 out of 5 stars it is.

And afterall, in between deadlines and (what it seems like) never ending revisions, it’s just nice to read something that takes your mind half the world away. Recommended banget untuk teman liburan :D

No comments:

Post a Comment