Thursday, 16 June 2016

[Book Review] The Architecture of Love - Ika Natassa

Source : Goodreads
Judul Buku : The Architecture of Love
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2016
Harga : Rp84.000,00
Tebal : 304 halaman
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-033-119-5


New York mungkin berada di urutan teratas daftar kota yang paling banyak dijadikan setting cerita atau film. Di beberapa film Hollywood, mulai dari Nora Ephron's You've Got Mail hingga Martin Scorsese's Taxi Driver, New York bahkan bukan sekadar setting namun tampil sebagai "karakter" yang menghidupkan cerita.

Ke kota itulah Raia, seorang penulis, mengejar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun.

Raia menjadikan setiap sudut New York "kantor"-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di tiap jengkalnya, pada orang-orang yang berpapasan dengannya, dalam percakapan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya. Namun bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita.

Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang yang juga menyimpan rahasia yang tak pernah dia duga.

***

Setelah beberapa tahun lalu menerbitkan novel berdasarkan tweets, kali ini Ika Natassa kembali hadir dengan hal baru : serial yang ditulis berdasarkan polling di twitter, atau #PollStory yang dimulai sejak pergantian tahun 2016 sampai hari Valentine, 14 Februari 2016 lalu. Saya ingat banget, pertama kali tahu Kak Ika akan nulis serial ini, saya langsung heboh benerin twitter yang udah lama lupa password dan cuma bisa dibuka di satu device karena nggak pernah di logout. Untungnya berhasil, saya jadi bisa mengikuti kisah Raia dan River secara real-time dan bisa ikut voting.

Sebagai pembaca The Architecture of Love sejak dalam bentuk poll story, saya harus bilang kalau Kak Ika memang jago bikin geregetan. Rasanya kayak nonton serial TV atau drama Korea yang seminggu cuma tayang dua kali dan selalu ditunggu-tunggu, karena ending tiap episode selalu ketika sedang seru-serunya. Belum lagi, untuk betul-betul sampai ke akhir cerita harus nunggu beberapa bulan. Karena pertama kali diperkenalkan melalui twitter, tentu pembaca The Architecture of Love jadi membludak (siapa yang nggak suka bacaan yang menarik dan gratis?), banyak yang menunggu bentuk fisiknya dan bikin saya makin nggak kebagian preorder juga yang penasaran karena antusiasme orang-orang. And yes, this book is worth the hype (and the wait).

Untuk pilihan poll-nya sendiri, kadang ada yang lumayan bisa ditebak, tapi tetap disampaikan dengan khas seorang Ika Natassa, nggak pernah mentah sesuai dengan pilihan pembaca, which I really like, because it kept me surprised from time to time

***

Raia adalah seorang penulis yang sudah cukup lama tidak menghasilkan karya apapun. Dia datang ke New York dengan harapan kota itu bisa memberinya inspirasi, dari percakapan penduduknya, interaksi mereka, atau sekedar mengamati kesibukan New York, berperan sebagai orang luar yang mengamati sekitarnya. Tanpa disangka dia malah bertemu dengan River, seseorang yang, sama seperti dia, sedang ‘lari’ dari masa lalu. Mereka menjelajahi New York sebagai dua orang asing yang bisa dibilang hanya tahu nama satu sama lain.

Kebersamaan Raia dan River memberikan warna bagi hari-hari mereka. Mereka hampir tidak pernah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hati; hanya makanan yang mereka makan saat itu, tempat-tempat yang mereka kunjungi, sketsa yang dibuat River, tulisan Raia, dan kadang saling melempar lelucon.

Tapi dengan itulah mereka bisa mengisi kekosongan satu sama lain. Dan merasa saling memahami.

“Why do you let me come with you? I mean, we were strangers. Why did you let me follow you around?” 

"Because you’re as lost as I am, Raia. And in a city this big, it hurts less when you’re not lost alone.”

Seperti biasa, tokoh-tokoh yang dihadirkan Kak Ika memiliki karakter yang kuat, didukung peran sahabat dan keluarga di sekitar mereka yang punya karakter tidak kalah menariknya, menjadikan mereka bukan sekedar karakter satu dimensi. They are flawed, but that’s what makes them believable. What makes them all of us. Rahasia yang mereka simpan juga disampaikan sedikit demi sedikit, tidak terburu-buru. Dan walaupun POV ini belum pernah digunakan Kak Ika sebelumnya, ternyata ceritanya tetap mulus. Ending-nya pun memuaskan.
 
Di dalam The Architecture of Love terdapat ilustrasi beberapa tempat yang dikunjungi Raia dan River. Dan dari buku ini, saya jadi tahu banyak hal tentang tempat-tempat tersebut. Saya memang bukan penggemar New York, jadi pengetahuan saya tentang kota itu, yah.. sebatas yang saya lihat di film-film, nggak saya hafalkan nama tempatnya, saya juga nggak pernah berniat mencari tahu lebih jauh lagi. But reading this, is like seeing New York in a whole new light, it triggers my curiosity about the city that never sleeps. Kak Ika bisa membawa pembacanya berkeliling New York karena memang sebagus itu narasinya.

Novel ini adalah karya Kak Ika favorit saya setelah Antologi Rasa. Tapi rasanya, saya suka The Architecture of Love dan Antologi Rasa dengan cara yang berbeda, karena lewat buku ini, saya mendapat pengalaman baru dalam membaca buku, sedikit banyak ikut berpartisipasi juga dalam ceritanya ;) Saya juga senang karena buku ini menjadi semacam "reuni” bagi tokoh-tokoh favorit saya.

The Architecture of Love adalah salah satu karya terbaik Kak Ika yang cocok dibaca siapa saja, baik yang mulai mengikutinya dalam bentuk poll story, atau yang ingin mengikuti kisah River dan Raia dalam bentuk utuh. 4 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment